Welcome!

Rabu, 16 Februari 2011

Kapel Sistine (3) Eksterior , Interior

Eksterior

Kapel Sistina adalah bangunan batu persegi-empat yang tinggi. Bagian luarnya tidak dihiasi dengan hiasan-hiasan arsitektur atau dekoratif seperti yang biasanya ada di banyak gereja-gereja zaman Abad Pertengahan dan Renaissance di Italia. Bangunan ini tidak memiliki facade bagian luar ataupun pintu gerbang yang dapat digunakan untuk prosesi arak-arakan karena jalan masuk selalu lewat ruang-ruang dalam di lingkungan Istana Kepausan. Ruangan dalamnya dibagi menjadi tiga lantai dengan bagian paling bawahnya berukuran sangat luas dan ditopang oleh ruang bawah tanah berbentuk setengah lingkaran yang sangat kokoh, dilengkapi juga dengan beberapa jendela dan sebuah pintu untuk menuju ke halaman luar.

Bagian atasnya adalah ruangan utama, yakni Kapel itu sendiri, dengan ukuran dalamnya adalah panjang 40,9 meter (134 kaki) dan lebar 13,4 meter (44 kaki) sesuai dengan ukuran Kuil Solomon seperti yang ada di dalam Perjanjian Lama.[9] Langit-langit yang melengkung berbentuk kubah memiliki ketinggian 20,7 meter (68 kaki) dari lantai. Bangunan ini memiliki enam jendela berbentuk melengkung di kedua sisinya dan dua jendela dengan bentuk yang sama di bagian depan dan belakangnya. Beberapa jendela ini telah ditutup, namun kapelnya masih dapat dimasuki.

Di atas langit-langit yang melengkung terdapat lantai tiga bangunan dengan kamar-kamar untuk para penjaga. Di lantai ini dibangun jalan terbuka yang mengelilingi bangunan yang ditopang oleh sirip-sirip fondasi yang muncul menggantung dari tembok. Jalan terbuka ini telah dilindungi dengan atap karena kerap kali menjadi sumber masuknya air ke kubah kapel.

Kerusakan dan keretakan di Kapel Maggiore memaksa kapel yang baru untuk membangun penopang yang sangat besar untuk menyokong dinding-dinding luar. Dibangunnya bangunan-bangunan lain di sekitarnya telah menyebabkan perubahan pada tampilan luar Kapel Sistina ini.

[sunting]Interior

Suasana interior Kapel Sistina.

Seperti juga kebanyakan bangunan yang diukur secara internal, ukuran pastinya sulit untuk didapatkan, namun perbandingan umum dari ukuran kapel ini dapat diperkirakan dengan cukup akurat. Panjang bangunan ini adalah ukuran dasarnya, dibagi tiga untuk memperoleh ukuran lebar bangunan dan dibagi dua untuk memperoleh ukuran tinggi bangunan. Sehingga terciptalah rasio 6:2:3 untuk panjang, lebar dan tinggi bangunan.

Dengan menggunakan rasio tersebut, terdapat enam jendela di tiap sisi bangunan dan dua jendela di bagian depan dan belakang bangunan. Selembar penyekat yang memisahkan kapel sebenarnya diletakkan tepat di tengah-tengah antara dinding altar dan pintu masuk, namun hal ini telah berubah. Ukuran perbandingan yang jelas merupakan ciri khas arsitektur Renaissance dan mencerminkan berkembangnya ketertarikan terhadap warisan klasik Romawi.

Langit-langit kapel adalah kubah berbentuk seperti tong yang dipipihkan, yang tergantung dari sebuah jalur yang mengitari tembok-tembok pada ketinggian yang sama dengan lengkungan jendela. Kubah ini dipisah-pisahkan menjadi kubah-kubah kecil di atas tiap jendela, yang membagi kubah tersebut di bagian terbawahnya menjadi sebuah susunan sanggahan kubah (pendentive) yang besar yang seakan-akan muncul dari tiang tembok (pilaster) yang sempit di antara jendela-jendelanya. Kubah kapel ini sebenarnya dicat warna biru cerah dan dihiasi dengan bintang-bintang emas, sesuai dengan rancangan Piermatteo Lauro de Manfredi da Amelia.[3]

Tempat berjalan di dalam kapel bergaya opus alexandrium, yakni gaya dekorasi menggunakan marmer dan batu-batu berwarna dalam sebuah pola yang mencerminkan ukuran perbandingan yang tadi disebutkan ke dalam bagian interior. Gaya ini juga untuk menandai arah jalannya prosesi dari pintu utama yang biasa digunakan oleh paus pada acara-acara penting seperti Minggu Palma.

Penyekat atau transenna dari marmer yang dibuat oleh Mino da Fiesole, Andrea Bregno dan Giovanni Dalmata membagi kapel ini menjadi dua bagian yang sama luasnya.[10] Sebenarnya penyekat ini membagi ruangan yang sama besarnya bagi anggota-anggota Kapel Kepausan yang ditempatkan di area dekat dengan altar dan bagi para peziarah dan penduduk lainnya, namun seiring dengan bertambahnya jumlah umat yang menghadiri misa yang dipimpin oleh paus, penyekat ini dipindahkan untuk memberikan tempat yang lebih luas bagi para peziarah dan orang awam.

Bagian atas transenna ini dihiasi dengan tempat lilin yang penuh hiasan, sebelumnya pernah disepuh emas, dan memiliki sebuah pintu kayu, yang sebelumnya adalah pintu indah berlapiskan besi yang ditempa. Para pembuat transenna juga membangun cantoria atau balkon tempat paduan suara yang menjorok ke luar dan seakan-akan menggantung di udara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar